Rabu, 28 September 2016

IKLAN DAN KEKERASAN POLITIK



IKLAN DAN KEKERASAN POLITIK

IKLAN ADA DIMANA MANA
Iklan ada dimana mana, seakan mengikuti kemana saja kita pergi sepanjang hari. Di rumah, jalanan, pasar, kantor, dan di berbagai tempat kita selalu bertemu dengan iklan. Iklan telah mengepung kita dari berbagai penjuru dan sepanjang waktu, sehingga memungkinkan unutk mampu menembus hampir semua celah kehidupan setiap orang. Pengiklan seolah tidak akan melewatkan sejengkal tempat dan waktu untuk beriklan.

PERGESERAN FUNGSI IKLAN

Iklan tidak hanya sekedar bertujuan menawarkan dan mempengaruhi calon konsumen untuk membeli suatu produk. Akan tetapi lebih dari itu, iklan turut berpengaruh dalam membentuk sistem nilai, gaya hidup maupun selera budaya tertentu. Iklan tidak hanya memvisualisaikan kualitas dan atribut dari produk yang harus dijualnya, tetapi mencoba membuat bagaimana sifat atau cirri produk tersebut mempunyai arti sesuatu bagi kita.
Dalam konteks inilah iklan mendefinisikan image tentang ‘arti tertentu yang diperoleh’ ketika orang menggunakan produk tersebut.

Ada dua fungsi komunikasi dalam iklan :

·    Fungsi informasional, iklan memberitahukan kepada konsumen tentang karakteristik produk.
·        Fungsi transformational, iklan berusaha untuk mengubah sikap-sikap yang dimiliki oleh konsumen terhadap merek, pola-pola belanja, gaya hidup, teknik-teknik mencapai sukses dan sebagainya.

 IKLAN MEMBUAT PERSEPSI PADA KHALAYAK ( KEKERASAN POLITIK )

Contoh 1 :



Dalam iklan produk L-MEN , diiklankan bahwa lelaki yang terlihat tampan ialah pria yang memiliki tubuh tegap dan six-pack sehingga para wanita akan lebih tertarik pada lelaki yang memiliki tubuh demikian dibandingkan dengan bentuk tubuh pria pada umumnya yang cenderung biasa atau tidak gagah. Jadi dalam iklan tersebut akhirnya membentuk pandangan pada khalayak bahwa laki laki idaman yang ideal adalah laki laki yang memiliki tubuh seperti yang ada di iklan L-MEN tersebut.

Contoh 2 :




Sama halnya dengan iklan susu WRP. Dalam iklan tersebut terlihat bahwa wanita yang bertubuh langsing lah yang dianggap cantik. Pada akhirnya persepsi cantik pada setiap wanita berpatokan pada tubuh langsing seperti yang ada di iklan tersebut. Sehingga apabila tubuh seorang wanita yang mungkin tidak seindah yang ada iklan tersebut, dapat dianggap tidak ideal sebagai seorang wanita.

BAGAIMANA PARA ILMUAN MEMAHAMI IKLAN?
 Iklan adalah bentuk dari sign system yang mengatur makna dari obyek atau komoditas. Iklan juga dipandang sebagai perangkat ideologis dari kapitalisme konsumen (consumer capitalism)
·        Iklan juga dilihat sebagai tanda, yang mengatur makna yang ingin disampaikan oleh pembuat iklan. Makna ideologis yang dimiliki iklan dibuat senetral mungkin, proses signifikasi (pembuatan tanda/sign) yang kemudian disebut Barthes sebagai myth


BAGAIMANA IKLAN MEMPRODUKSI IKLAN ?


Baudrillard iklan sebagai wacana yang dikodekan (coded discourse) dan melekat pada sebuah produk, tidak memiliki hubungan dengan realitas (hyperreal)

  Tanda masih bisa merepresentasikan realitas (signifikasi tingkat pertama atau denotasi). Sedangkan pada signifikasi tingkat kedua (konotasi), tanda bisa merepresentasikan sesuatu yang hanya bisa dipahami lewat situasi kultural atau sosial yang sama.

   Sementara sebagai sebuah myth, signs dalam iklan dianggap merepresentasikan pesan idelogis dari si pembuat iklan (dalam konteks ini, adalah kelas borjuis)


Ada dua aktor/fungsi, yaitu encoder-decoder/encoding-decoding. Median atau pengiklan adalah encoder yang melakukan pengkodean pesan-pesan, sesuai dengan norma-norma professional (atau estetik, dalam konteks pengiklan) dan ideology yang hendak disampaikannya. Ketika pesan-pesan tersebut dikodekan secara simbolis, khalayak memiliki kebebasan untuk melakukan decoding dari pesan-pesan tersebut.

BAGAIMANA IKLAN DITERIMA OLEH KHALAYAK ?


Melalui kode-kode dalam sebuah pesan, manusia sadar akan dirinya dan kebutuhan-kebutuhannya. Kode-kode tersebut secara hirarkis memiliki tingkatan yang digunakan untuk menandakan perbedaan-perbedaan (distinctions) dari status dan kelas.

·        Barthes berpendapat bahwa iklan memiliki berbagai makna sesuai dengan tingkat signifikasi yang dilakukan oleh khalayak. Dengan demikian makna dari pesan yang disampaikan oleh iklan menjadi sangat majemuk.


Ada tiga kemungkinan dari resepsi khalayak mengenai pesan iklan yang diterimanya, yaitu: 
·        Dominant hegemonic, apabila khalayak menafsirkan pesan sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh media/pengiklan;
·        2) Negotiated, apabila khalayak mengambil posisi untuk secara terbatas (subtly) mengkontestasi makna pesan;
·        3) Oppositional, apabila khalayak mengambil posisi yang berseberangan atau menolak samasekali pesan yang disampaikan.
·        Ketiga kemungkinan proses decoding yang dilakukan khalayak dipengaruhi oleh budaya, disposisi politik, hubungan mereka terhadap jaringan kekuasan yang lebih luas dan akses terhadap teknologi media massa (radio, televisi, internet, dsb.)



MEMAHAMI IKLAN DALAM KONTEKS KEKERASAN SIMBOLIK BOURDIEU

Bagi Bourdieu, seluruh tindakan pedagogis baik itu yang diselenggarakan di rumah, sekolah, media atau dimanapun memiliki muatan kekerasan simbolik selama pelaku memiliki kuasa dalam menentukan sistem nilai atas pelaku lainnya, sebuah kekuasaan yang berakar pada relasi kuasa antara kelas-kelas dan atau kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.


Diasumsikan bahwa media dan iklan merupakan sarana yang digunakan untuk melakukan tindakan pedagogis dari kelas atau kelompok sosial tertentu
·        Arena iklan tidak hanya menjadi ajang kontestasi image simbolik produk yang ingin dipasarkan namun juga image simbolik realitas sosial secara luas


Iklan menjadi sebuah mesin kekerasan simbolik yang bisa menciptakan sistem kategorisasi, klasifikasi, dan definisi sosial tertentu sesuai dengan kepentingan kelas atau kelompok dominan.
·        Image-image simbolik yang diproduksi iklan seperti misalnya kebahagiaan, keharmonisan, kecantikan, kejantanan, gaya hidup modern pada dasarnya merupakan sistem nilai yang dimiliki kelas atau kelompok dominan yang diedukasi dan ditanamkan pada suatu kelompok masyarakat.


Proses penanaman nilai melalui iklan dapat membentuk habitus tentang sistem nilai tersebut. Sehingga iklan tidak hanya menciptakan subjek yang dapat meregulasi diri terkait konsumsi produk namun juga subjek yang dapat meregulasi diri terkait klasifikasi dunia sosial, disini kemudian terjadilah kekerasan simbolik.

\

Rabu, 21 September 2016

Media Lama dan Media Baru

                                                    

Media Massa dari dahulu merupakan merupakan salah satu alat yang sangat dibutuhkan bagi setiap orang, baik itu dalam hal menyampaikan suatu berita ataupun dalam hal memberi hiburan. Sebenarnya pada saat ini, Media Massa terbagi menjadi 2 yaitu Media Massa Lama dan Media Massa Baru.


Didalam Media Massa konvensional (arus lama) terdapat buku, koran / majalah / radio, televisi dan film. Sedangkan Media Massa Baru hanya terdapat internet sebagai new media.

Media Massa sangat berfungsi dalam hal memberikan;
  • Informasi,
  • Edukasi,
  • Hiburan
  • Membentuk opini publik / control social à Lazim disebut sebagai ”The Fourth Estate” atau Pilar Demokrasi Keempat

Memahami Cara Kerja Media Massa
  • Media massa arus utama (konvensional) seperti koran/majalah, TV dan radio punya agenda sendiri: mengutamakan yang memiliki nilai berita tinggi.
  • Ada soal framing, agenda setting, dan priming.
  • Kompetensi wartawan bervariasi.
  • Jurnalisme FAKTA à Jurnalisme MAKNA.
  • Jurnalisme Investigatif à Jurnalisme DATA

Tantangan Media Konvensional
  • Pembaca koran seperti Kompas makin tua
  • Sirkulasi yang stagnan bahkan menurun
  • Persaingan media cetak vs televisi dan online
  • Kelas menengah yang mulai beralih  dari media cetak ke media digital (online)
  • Perubahan gaya hidup generasi muda
  • Membanjirnya informasi
  • 3 M (Multi-platforms, Multi-channels, Multi-media)

Menurut padangan Negroponte, 1995. Era Media Baru dan Media Sosial ditandai dengan perkembangan Internet dan teknologi digital, yang merupakan lompatan dan revolusi. Masyarakat informasi pun menjadi masyarakat dengan kultur digital.


Ciri-Ciri Media Baru
Menurut Straubhaar et al. (2012), ada enam ciri media baru:
      1) Digital: digitalisasi terbukti dapat meningkatkan kualitas transmisi
      2) Interactive (Interaktif): Sekarang ada TV, iklan, website interaktif
3) Social media (Media sosial): Yaitu media yang isinya diciptakan dan didistribusikan lewat interaksi sosial.
 4) Asynchronous Communication (Komunikasi asinkronik): Konsumsi media bisa dilakukan sesuai waktu yg enak bagi tiap orang
5) Narrowcasting (Menyebar secara sempit): Kini program siaran TV dan radio dapat dipesan secara khusus sesuai selera pribadi-pribadi.
6) Multimedia: Media-media lama seperti surat kabar dan majalah kini dapat menciptakan platform multimedia dengan video on demand, jurnalisme warga (citizen journalism) dan lain-lain.
Menurut Lister et al (2009), karateristik media baru: digital, interaktif, hipertekstual, virtual, berjaringan, dan tersimulasi (simulated).


Media Sosial di Indonesia
  Saat ini masyarakat Indonesia termasuk salah satu pengguna media sosial yang tertinggi di dunia:
  Hingga tahun 2012 (Nugroho dan Syarief, 2012):
  Pengguna Twitter   > 19,5 juta akun
  FaceBook:  42,5 juta
  Blog:  5,3 juta




                        
  

Media Sosial: Ruang Publik Baru?
Utopian: Media sosial dibayangkan oleh mereka yang optimis, sebagai ruang publik baru yang basis egalitariannya ada. Lewat interaktivitas dan partisipasi banyak pihak di dalamnya, diharapkan media sosial menjadi ruang publik yang terbuka dan berfungsi memerdekakan ruang dari sekat2 dan penindasan ideologis oleh satu pihak ke pihak yang lain.
Dystopian: Media sosial gagal menjadi ruang publik baru yang diidealkan Habermas karena di dalamnya memuat kepentingan-kepentingan yang meniadakan kepentingan lawan.


                      
                           


Sabtu, 10 September 2016

Jurnalisme dan konvergensi media


Seiring berkembangnya teknologi di dunia, membuat media massa seperti media cetak, radio, dan televisi melakukan konvergensi media. Konvergensi media itu sendiri adalah penggabungan berbagai jenis media yang sebelum nya terpisah dan berbeda menjadi suatu media yang satu.
Topik yang kami bahas pada hari Kamis tanggal 8 September 2016 yang lalu adalah jurnalisme dan konvergensi media, dibawakan oleh Rifa Nadia Nurfuadah selaku redaktur Okezone.com .
Jika kita telusuri kembali, jumlah penduduk di Indonesia berada pada angka 269.000.000 sedangkan yang memiliki handphone mencapai angka 326.500.000, hal tersebut menunjukan bahwa setiap orang bisa memiliki handphone lebih dari 1, melainkan 2 atau 3 handphone.  Dengan adanya jaringan internet pada handphone  zaman sekarang, membuat khalayak lebih memilih untuk mencari informasi melalui jaringan internet dibandingkan dari media cetak maupun televisi. 
Namun sayangnya, saat ini khalayak lebih percaya kepada media sosial ketimbang media massa, terkadang khalayak menelan bulat-bulat berita yang ada di media sosial tanpa disaring terlebih dahulu.
Berita bukan hasil akhir sebuah disiplin verifikasi jurnalistik, justru proses verifikasi itu berita.  Kita harus memastikan ke sumber-sumber yang tidak bersalah, selain ke narasumber, kita sebagai jurnalis juga harus verifikasi kepada pihak yang bersangkutan seperti jaksa dan polisi. Dengan kata lain adalah proses klarifikasi tsb lah yang merupakan kegiatan jurnalistik yang kemudian akan menjadi berita yang akurat dan sesuai fakta.
Selain itu, sebagai jurnalis kita juga wajib memiliki kreaitifitas, dalam mencari berita dan memasukan foto atau gambar ( dalam hal ini pengaturan dalam edit foto agar menarik seperti tingkat keterangan dan tingkat kejelasan foto maupun gambar ).  Sebagai contoh selebgram yang sedang menjadi omongan yaitu AWKARIN, salah satu hasil konvergensi media yaitu instagram menjadi peluang baginya dalam mencari nafkah, kuncinya tidak lain dan tidak bukan adalah ke-kreatifitasannya dalam mengatur feed maupun foto yang diunggah.
Salah satu hasil konvergensi media lainnya adalah Koran, seperti Koran kompas, kompas sudah memiliki Koran online yaitu www.kompas.com dimana kita bisa melihat teks, gambar, audio, dan video. Hal ini disebut konvergensi media, karena semua media digabungkan menjadi satu seperti audio yang biasanya diunggulkan pada media radio, video yang biasanya diunggulkan pada televisi, serta teks dan gambar yang biasanya diunggulkan pada media cetak. Media massa saat ini telah berkembang menjadi multiplatform.  Semua media berlomba-lomba dalam mewujudkan kreatifitasnya agar dapat memenuh kebutuhan khalayak.
Okezone memanfaatkan konvergensi media dengan cara berikut : di website yang dimiliki okezone yaitu www.okezone.com memiliki berbagai portal berita mulai dari lifestyle, news, dll. Selain itu pula, okezone juga membuat forum warung kopi  dimana khalayak bisa membaca, mengobrol, bahkan live streaming.
Selain forum tsb, okezone juga rutin mendatangkan narasumber seperti artis maupun pejabat untuk menggali informasi lebih dalam.
Semua media massa mengeluarkan produk kreatif mereka seakan-akan menyampaikan pesan kepada khalayak :  “Kalo semua ada di kita, yauda kita aja, tidak perlu mencari ke yang lainnya.” Konvergensi media mendorong media untuk serba ada.
Disamping jurnalisme, media online hasil konvergensi media inipun juga menciptakan peluang kerja, seperti orang yang menyukai foto bisa bekerja sebagai fotografer. Begitupula orang yang berprofesi sebagai wartawan bisa menjadi jurnalisme online, namun disini pembicara memberikan beberapa tips untuk para mahasiswa yang dikemudian hari berniat untuk melakoni profesi wartawan, salah satunya adalah ‘kepo’ atau serba ingin tahu, contohnya mencari foto-foto yang belum dipublikasikan di media seperti foto Jessica kasus kopi Vietnam, saat berada di sel tahanan, kegiatannya, dsbnya.
Selain ‘kepo’, wartawan juga harus mencari berita yang baru, unik, dan umum. Serta siap siaga dalam mengambil foto atau meliput berita.

Namun walau begotu, media online ini juga memiliki dasar-dasar penulisan salah satunya adalah ide, ide tersebut kemudian akan dijabarkan kembali menjadi kecil-kecil dan dibuat judul serta sub judul, yang kemudian akan dimasukkan ke dalam teori dan dianalisis. Yang kedua yaitu sistematis, satu-satu, data-data diatur dengan penuh,serta focus, lebih baik bila 1 ide 1 paragraf. Yang terakhir yaitu kecepatan menulis berita, media online harus terus diupdate sesuai waktu kejadian, sehingga jurnalis online biasanya dituntut untuk mengetik cepat dan mengirimkan hasil laporan berita melalui telepon atau email.



Jumat, 09 September 2016

Mengenali New Media Secara Praktis

Seiring perkembangan zaman, besarnya perubahan media dari waktu ke waktu juga turut dirasakan oleh khalayak. Dari zaman awal ditemukannya media yang masih rumit, hingga sekarang media telah menjadi sesuatu yang tergolong praktis, yang tak asing disebut sebagai, New Media.


Pada pembahasan topik mengenai New Media pada hari Kamis, 25 Agustus, kelompok kami mendapatkan penjelasan lebih dalam mengenai cara kerja media di zaman sekarang. Pertemuan tersebut dibawakan oleh Agus Sudibyo, selaku seorang penulis buku yang berkaitan tentang Media.



Dari yang kita semua ketahui, bahwa awal mula tujuan diciptakannya media adalah sebagai sarana untuk memberikan informasi yang akan cepat merambat ke seluruh ranah publik. Informasi yang diberikan pun harus bersifat penting dan mencakup kepentingan banyak orang. Mengingat zaman pemerintahan Indonesia dahulu, ketika detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia hendak dipublikasikan kepada publik, media - media lama (seperti: radio, televisi, surat kabar) pun bersiap - siap untuk mengabarkan kabar baik itu ke seluruh masyarakat. Terlihat proses - proses yang cukup rumit dalam memuat sesuatu yang penting kepada publik itu, membutuhkan waktu yang tidak singkat. Tak sesingkat kepraktisan yang ditawarkan oleh media zaman sekarang, ketika status di sosial media hanya sebatas sentuhan jari tangan. Kini siapapun dan dimana pun dapat mengakses kemudahan media sosial.



VS





Ditambah dengan perkembangan teknologi yang sangat akrab dengan media, kini untuk memuat sesuatu secara online tak lagi menjadi sebuah problema. Banyak manfaat dan sisi positif munculnya kepraktisan ini bagi banyak pemilik media. Seperti contohnya munculnya portal berita online, dimana media massa yang biasa hanya memuat berita secara cetak, kini mereka juga memuat sekilas berita - berita yang sedang menjadi topik bahasan secara online juga. Dengan adanya hal ini, pembaca secara cuma - cuma dapat memperoleh informasi yang diinginkan.


Selain Media Sosial dan portal berita online, manusia juga telah menemukan cara untuk memanfaatkan perkembangan teknologi ini. Hal ini terlihat dari munculnya E - Commerce atau yang tak asing disebut juga dengan Business Online. Banyak pihak yang telah mencoba menjalani hal ini dan banyak pula yang mengaku bahwa keuntungan yang dirambat tidak sedikit dan memuaskan. Hal inilah yang saat ini sangat menggambarkan situasi dunia digital pada zaman sekarang.

Akibat dari munculnya Revolusi Media ini tentunya menghasilkan kedua sisi positif dan negatif pula. Dari sisi positifnya, media menikmati kemudahan yang disediakan. Namun dari sisi negatifnya, nasib dari media - media lama akan semakin terpuruk. Karena telah muncul perkiraan dimana manusia hanya akan mencari sesuatu yang bersifat praktis / efisien dan pada akhirnya tingkat pengangguran pada populasi akan semakin melunjak pula, dan kita semua pada akhirnya akan meng-agungkan media.

Beberapa isu penting yang muncul yang menyangkut kepentingan generasi digital ini adalah bagaimana sebaiknya agar Revolusi Media ini dapat menyelamatkan generasi agar tidak menjadi objek eksploitasi dari New Media. Tak jarang kita menemukan berita yang menyangkut anak - anak dibawah umur telah menjadi korban dari Media. Contoh sederhana, seperti dampak terhadap perilaku anak tersebut dalam berperilaku terhadap orang yang lebih tua, atau bahkan orang tua mereka sendiri. Hal ini yang sebaiknya menjadi perhatian dari pihak pemerintah dalam mengatasi isu tersebut agar tidak terulang kembali dan juga bagi pihak orang tua dalam cara mendidik anaknya.

Kelompok kami setuju dengan ulasan yang sempat disinggung oleh Pak Agus, dimana ia menganjurkan agar khalayak sebaiknya mencoba untuk melakukan 'Diet Internet / Smart Phone' agat tidak melupakan Media Lama. Mari kita sebagai pengguna Media, sebaiknya selalu bersikap bijak dalam melakukan sesuatu. dan ada baiknya pula apabila kita coba terapkan 'Diet Internet' dalam keseharian kita agar kita tidak menjadi objek eksploitasi dari media sekaligus untuk menghargai Media Lama.

Alamat Blog Baru!

Sebelumnya kelompok kami sudah membuat alamat di blog http://kapsel-fikom-untar-gjl2016-kelasc2.blogspot.co.id/. Namun karena telah terjadi kesalahan teknis, kami membuat blog yang baru.

Terima Kasih.